perjalanansufi Perjalanan menuju Ilahi Sunday, May 24, 2009. My Greetings. Apa khabar semua adik2? Hari ni 24 haribulan 2009. Kepada adik2, ingatan ku kepada kalian semua, perjalanan yang panjang bermula dari satu langkahan. Maka, teruskanlah langkahan untuk menggapai cinta Ilahi. Yang penting, Allah is alwayz with us.
Episoder Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Semua umat muslim pasti menginginkan agar melalui bulan Ramadhan dengan sempurna dan dapat meraih kemenangan yang gemilang atas perjuangannya dalam sebulan penuh. Namun kemenangan bukanlah hal yang mudah didapatkan, terdapat tantangan dan bahkan musuh yang menghalangi jalan menuju kemenangan di bulan saja tantangan dan musuh itu? Bagaimana cara menghadapinya?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada April 2021, yang diambil dari kajian Gema Ramadhan Telkom bersama Prof. M. Quraish Shihab dengan tema asli "Meraih Kemenangan Gemilang dengan Akhlak Mulia", sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Semua umat muslim pasti menginginkan agar melalui bulan Ramadhan dengan sempurna dan dapat meraih kemenangan yang gemilang atas perjuangannya dalam sebulan penuh. Namun kemenangan bukanlah hal yang mudah didapatkan, terdapat tantangan dan bahkan musuh yang menghalangi jalan menuju kemenangan di bulan saja tantangan dan musuh itu? Bagaimana cara menghadapinya?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada April 2021, yang diambil dari kajian Gema Ramadhan Telkom bersama Prof. M. Quraish Shihab dengan tema asli "Meraih Kemenangan Gemilang dengan Akhlak Mulia", sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Mangler du episoder? Klikk her for å oppdatere manuelt. Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Nabi bersabda bahwa ada dua cara yang dapat ditempuh untuk meraih ridha Allah, yaitu melalui bersyahadat atas keEsaan Allah dan memohon ampunannya. Namun, tidak cukup hanya itu, Nabi juga menyebutkan dua hal lainnya yang seharusnya tidak ditinggalkan umat Islam di bulan Ramadhan, yang tidak kalah pentingnya untuk saja dua hal yang dipesankan Nabi untuk dilakukan di bulan Ramadhan? Bagaimana sesungguhnya cara yang benar dari bersyahadat dan memohon ampunan pada Allah?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Juli 2013, berasal dari kajian yang diselenggarakan setiap Ahad awal bulan di kediaman M. Quraish Shihab, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Ramadhan adalah bulan istimewa dimana pahala dilipatgandakan, sehingga umat muslim berlomba-lomba beribadah dan melakukan kebaikan di Ramadhan. Tentunya sebagai muslim yang paling diharapkan adalah diterimanya amal perbuatannya, namun alangkah lebih baik lagi jika mendapatkan pula ridha cara untuk mendapat ridha Allah di Ramadhan? Apa yang sebaiknya dilakukan di bulan ini?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Juli 2013, berasal dari kajian yang diselenggarakan setiap Ahad awal bulan di kediaman M. Quraish Shihab, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Setelah menjelaskan tentang pengertian ulama dan hal yang harus dihindari untuk para pencari ilmu, Prof. M. Quraish Shihab memberikan pengertian tentang apa itu ilmu secara lebih rinci. Sehingga dengan mengetahuinya, para pencari ilmu dapat memperoleh hakekat suatu ilmu yang akan itu Ilmu? Bagaimana sebaiknya mendapatkannya? ____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Februari 2023, yang diambil dari kajian Kuliah Umum Program PKU Masjid Istiqlal bersama Prof. M. Quraish Shihab, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Sosok ulama sangat identik dengan bobot keilmuan yang dimilikinya, namun pengertian ulama sendiri dapat dilihat dari berbagai perspektif yang tetap tidak terlepas akan adanya ilmu yang dimilikinya. Ilmu juga mempunyai pengertian tentang kejelasan sesuatu, sehingga sesuatu yang bersifat abu-abu tidak bisa dinamakan sebagai ilmu, di sinilah Prof. M. Quraish Shihab akan memberikan pesan-pesan bagi para pencari perbedaan pengertian dari istilah ulama? Apa pesan dari Prof. M. Quraish Shihab bagi para pencari ilmu?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Februari 2023, yang diambil dari kajian Kuliah Umum Program PKU Masjid Istiqlal bersama Prof. M. Quraish Shihab, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Al-Quran akan selalu menjadi sumber utama dan pedoman hidup umat Islam yang harus diimani dan dijalankan dalam kehidupan, namun butuh adanya penafsiran agar dapat memahami Al-Quran dengan baik. Tetapi, penafsiran terhadap Al-Quran mempunyai banyak tantangan bahkan muncul adanya kesalahan-kesalahan penafsiran oleh sebagian bentuk tantangan ketika menafsirkan Al-Quran? Bagaimana contoh kesalahan dalam penafsiran?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Januari 2023, yang diambil dari kajian Halaqah Tafsir di masjid Bayt Al-Quran Pondok Cabe , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Al-Quran akan selalu menjadi sumber utama dan pedoman hidup umat Islam yang harus diimani dan dijalankan dalam kehidupan, namun butuh adanya penafsiran agar dapat memahami Al-Quran dengan baik. Tetapi, penafsiran terhadap Al-Quran mempunyai banyak tantangan bahkan muncul adanya kesalahan-kesalahan penafsiran oleh sebagian bentuk tantangan ketika menafsirkan Al-Quran? Bagaimana contoh kesalahan dalam penafsiran?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Januari 2023, yang diambil dari kajian Halaqah Tafsir di masjid Bayt Al-Quran Pondok Cabe , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Al-Quran akan selalu menjadi sumber utama dan pedoman hidup umat Islam yang harus diimani dan dijalankan dalam kehidupan, namun butuh adanya penafsiran agar dapat memahami Al-Quran dengan baik. Tetapi, penafsiran terhadap Al-Quran mempunyai banyak tantangan bahkan muncul adanya kesalahan-kesalahan penafsiran oleh sebagian orang. Bagaimana bentuk tantangan ketika menafsirkan Al-Quran? Bagaimana contoh kesalahan dalam penafsiran?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Januari 2023, yang diambil dari kajian Halaqah Tafsir di masjid Bayt Al-Quran Pondok Cabe , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Alangkah banyaknya anugerah yang telah Allah berikan namun seringkali terlupakan oleh manusia, yaitu berupa nikmat dan juga rasa untuk bersyukur atas nikmat tersebut. Syukur manusia terhadap nikmat seringkali belum mencapai tahap "bersyukur" yang benar, sehingga tidak merasakan kelezatan atas nikmat yang didapatkannya. Bagaimana cara bersyukur yang benar? Apa saja yang dapat disebut nikmat?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada April 2022, yang diambil dari kajian Shell bersama Prof. M. Quraish Shihab , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Salah satu alasan diperlukannya hari kebangkitan adalah agar terpenuhinya keadilan bagi semua orang agar memperoleh ganjaran atas segala perilakunya dengan balasan yang setimpal, yaitu dengan menikmati surga atau merasakan derita neraka. Surga dan neraka sudah dilukiskan Al-Quran dengan berbagai keindahan dan kengeriannya yang membuat manusia selalu berharap dan menghindarinya, namun realitas sesungguhnya surga dan neraka tidak sama dengan gambaran dalam benak manusia. Bagaimanakah realitas surga dan neraka? Mengapa gambaran surga dan neraka dalam al-Quran tidak sama persis dengan realitasnya?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada September 2022, yang diambil dari kajian Jumat Subuh Cari Ustadz bersama Prof. M. Quraish Shihab , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Manusia akan menemui ajal mereka menuju kematian dan akan menjalani proses peradilan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, maka untuk menjalaninya manusia mengalami "reinkarnasi", hidup kembali. Berbeda dengan agama lainnya dalam memahami reinkarnasi, Islam memahami konsep reinkarnasi ini dalam bentuk yang berbeda. Bagaimana konsep "reinkarnasi" dalam Islam? Apa proses yang dijalani manusia setelah kematian? ____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada September 2022, yang diambil dari kajian Jumat Subuh Cari Ustadz bersama Prof. M. Quraish Shihab , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Manusia disebutkan di surah al-'Alaq mempunyai dua cara untuk menambah pengetahuan, melalui qalam dan diajarkan langsung oleh Allah. Qalam atau pena disebut sebagai media pembelajaran dengan maksud bahwa penambahan ilmu melalui membaca yang tertulis, di sisi lain manusia dapat diberikan keistimewaan untuk langsung mendapatkan ilmu dari Allah tanpa usaha, yang disebut ilmu ladunni. Bagaimana cara mendapatkan ilmu ladunni tersebut? Mengapa menggunakan istilah qalam untuk aktivitas belajar dengan membaca? ____________________________ Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Oktober 2022, yang diambil dari kajian sekolah Islam al-Izhar bersama Prof. M. Quraish Shihab , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu sekarang. ____________________________ Follow YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Awal surah al-'Alah menjelaskan tentang kekuasaan Allah sebagai Sang Maha Pencipta, dan terkhusus disebutkan tentang penciptaan manusia yang berasal dari 'alaq. Manusia diciptakan Allah berbeda satu dengan yang lainnya, karena Allah menghendaki adanya keragaman bagi manusia. Bagaimana makna 'alaq dalam awal surah ini? Apakah manusia tidak dapat menjadi sama? ____________________________ Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Oktober 2022, yang diambil dari kajian sekolah Islam al-Izhar bersama Prof. M. Quraish Shihab , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu sekarang. ____________________________ Follow Subscribe YouTube Quraish Shihab Channel Dapatkan buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Nabi Muhammad mendapatkan wahyu pertama kali berupa awal surah al-'Alaq yang didapatkan langsung melalui Malaikat Jibril, dengan perintah pertama yang menggetarkan hati Nabi, yaitu perintah membaca. Namun, menariknya dalam perintah ini tidak disebutkan objek bacaan untuk Nabi. Lantas bagaimana makna perintah membaca tersebut? Apa yang diperintahkan kepada Nabi untuk dibaca?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Oktober 2022, yang diambil dari kajian sekolah Islam al-Izhar bersama Prof. M. Quraish Shihab , sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Tidak sedikit dari kelompok yang mengatasnamakan Islam yang merespons terhadap situasi dan kondisi yang terjadi dengan sikap yang ekstrim dikarenakan kurangnya pengetahuan yang utuh tentang perbedaan agama, ilmu agama, dan keberagamaan. Sehingga kurangnya pemahaman tersebut menjadikan banyak orang yang tidak dapat bersikap secara moderat, padahal agama Islam mengajarkan wasathiyyah. Apa maksud dari sikap moderat? Apa perbedaan dari agama, ilmu agama, dan keberagamaan?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada Maret 2021, berasal dari kajian yang diselenggarakan bersama Dharma Wanita Persatuan Kemenag RI, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Sikap moderat sering diistilahkan dengan faham wasathiyyah, atau faham jalan tengah, yang diambil dari penfsiran surat al-Baqarah ayat 143. Faham wasathiyyah mempunyai beragam pengertian yang berbeda-beda dari para ulama, bahkan definisi paling komplit belum ada dipaparkan oleh para ulama manapun, namun pelaksanaannya dapat diterapkan dan dicontohkan oleh para ulama dengan tentunya memenuhi syarat-syarat wajib untuk melaksanakan wasathiyyah. Bagaimana perbedaan makna wasathiyyah dari para ulama? Apa saya syarat-syarat pelaksanaan wasathiyyah?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada November 2020, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Ukhuwah Islamiyyah, sering difahami sebagai persaudaraan antar sesama umat Islam saja, namun terdapat pengertian lain dari ukhuwah islamiyyah ini yang memiliki makna lebih luas. Namun, ikatan antar umat Islam mempunyai gambaran yang lebih kuat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Quran, yang menunjukkan betapa kokoh dan kuatnya hubungan tersebut. Bagaimana makna sebenarnya dari Ukhuwah Islamiyyah? Bagaimana Al-Quran menjelaskan tentang persaudaraan antar umat Islam?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman kajian Masjid Istiqlal Jakarta pada November 2020, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Terdapat ayat-ayat di dalam Al-Quran yang menjelaskan situasi, perintah dan uraian tentang peperangan serta di sisi lain banyak penjelasan juga terkait kedamaian. Ada beberapa kesalahfahaman yang menjadikan ayat-ayat perang dan damai dipertentangkan sehingga muncul Islam banyak mengajarkan peperangan yang penuh kekerasan, padahal tujuan dari peperangan bukanlah sekedar menguasai dan mengalahkan musuh bahkan bukan untuk memaksa ajaran Islam untuk diterima. Lalu bagaimana penjelasan atas ayat perang dan ayat damai? Mengapa perlu ada peperangan dalam ajaran Islam?____________________________Podcast episode ini merupakan hasil rekaman pada September 2020, berasal dari kajian yang diselenggarakan bersamaKH Buya Syakur Yasin MA, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Lytte senere Merk som spilt Vurder Nedlastning Gå til podcast Dele Begitu banyak uraian menyangkut Nabi Muhammad oleh para ulama dulu hingga sekarang dan tidak pernah habis, bahkan walau habis umur seseorang untuk menguraikan Nabi Muhammad pasti ada yang terlewat tentang Beliau. Nabi Muhammad diberikan tugas Allah untuk menjadi penerang bagi umat Islam dan mengajarkan kedamaian, yang semuanya dipraktikkan beliau langsung dalam contoh-contoh pencerahan dari Nabi Muhammad? Bagaimana Nabi mengajarkan tentang perdamaian? ____________________________ Podcast episode ini merupakan hasil rekaman kajian bersama ICC Jakarta pada November 2020, sehingga harap difahami jika terdapat konteks kajian yang berbeda dengan waktu Follow YouTube Quraish Shihab Channel buku karya M. Quraish Shihab Lytte Lytte igjen Fortsette Lytter... Lytte senere Se mer SeribuJalan Menuju Allah. Syekh Muḥammad Amîn al-Kurdî menjelaskan bahwa titik awal (permulaan) jalan para sufi Ahlussunnah wal Jamâ'ah adalah pergi/kembali ( al-firâr) kepada Allah dari segala sesuatu, dan titik (tujuan) akhir dari perjalanan mereka adalah bergantung ( at-ta'alluq) sepenuhnya kepada Allah. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. “Tentang Perjalanan Ruhani Menuju Tuhan”. Perjalanan menuju Tuhan, fase sebelum di lahirkan ke dunia. Hakekatnya ketika manusia dilahirkan ke dunia fana ini adalah sebuah fase perjalanan menuju Tuhan. Tahapan ini bisa dikatakan fase yang ke dua, mencari jalan pulang menuju Allah Swt. Sebuah tahapan perjalanan ruhani menuju Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Dalam perjalanan ruhani ini setiap manusia di wajibkan untuk berusaha mendekatkan diri. Interopeksi diri dan memperbaiki diri ketika mendapat ujiannya saat menjalani kehidupan di dunia. Setiap apa yang kita kerjakan, akan menerima pertanggung jawaban di kehidupan akherat nanti. Sebuah perjalanan ruhani dengan mendekatkan diri adalah salah satu tujuan yang mulia untuk mengenal Rabb-Nya, Allah Swt. Akan tetapi sangat beresiko jika kita tidak memiliki pengetahuannya. Apalagi tanpa sesorang mursid yang membimbing melewati tahapannya. Sebuah tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt yang wajib di landasi dengan hati bersih dan tulus. Hati yang ikhlas dan tulus menjadi syarat utama jika menempuh jalan ini. Siapapun bisa menempuhnya dan tidak harus manusia yang berpikiran cerdas, berintelektual, untuk mengenal Allah Swt. Tidak jarang pengetahuan tetang syariat dan perbedaan madzab akan menjadi sebuah hijab. Menjadi penghalang dalam proses dan tahapan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Perjalanan ruhani dengan mengenal diri sendiri sebagai makhluk ciptaanNya, membuka jalan untuk mengenal Allah setiap jiwa atau ruh manusia sebelum dilahirkan ke dunia berada di alam ruh. Tempat berkumpulnya ruh atau jiwa sebelum mereka ditiupkan ke alam kandungan. Di jadikanlah setiap ruh berpasang-pasangan sesuai yang tertulis di dalam buku catatan takdir setiap manusia. Allah Swt telah mengambil perjanjian dan kesaksian setiap ruh, sebelum ruh ditiupkannya ke alam kandungan. Ini-lah peristiwa yang terjadi di alam ruh, ditahapan ini setiap jiwa atau ruh memulai perjalanannya. Sebuah fase pertama perjalanan dari alam ruh menuju alam kandungan atau sebelum titik nol/zero. Saat janin berusia tiga bulan dalam rahim ibu, ditiupkanlah ruh ke dalam diri seorang bayi. Tahapan awal kehidupan di alam kandungan atau titik nol sebuah kehidupan. Hingga saatnya dilahirkan ke dunia menjadi seorang manusia dengan semua hakekatnya tidak ada satu jiwa pun atau ruh yang lahir ke dunia. Kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian mereka di alam ruh. Allah Swt adalah Rabb sekalian alam dan tidak ada satu pun makhluk yang boleh mengingkari ke Esaan-Nya. Dimana setiap jiwa atau ruh telah diambil kesaksian dan perjanjian dengan Allah Swt. Di hadapan Allah Swt, Nabi Adam dan penduduk langit sebagai saksinya. Secara fitrah kadang manusia memang lupa akan perjanjian itu, dan Allah Swt pasti akan mengingatkan. Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang diridoi Allah Swt, untuk memegang teguh kesaksian kita. Dinyatakan dalam Al Quran ayat di bawah ini “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerukan supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia Allah telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.”QS. Al Hadid, 57 8.. Perjalanan manusia di dunia, mencari jalan pulang menuju Allah menuju Allah Swt menurut para sufi ibarat sebuah perjalanan mendaki gunung yang tinggi. Fase pertama perjalanan menuju Allah Swt dikatagorikan sebagai perjalanan yang sulit, terasa sempit, dan berliku. Dibutuhkan sebuah tekad yang kuat melangkah ke depan karena banyak rintangan dan godaan. Jejak langkah para sufi adalah jalan khusus yang berat untuk diikuti, namun tidak mustahil menjalaninya. 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
Perjalananhaji benar-benar perjalanan orang-orang terpuji. Mengapa demikian? Bekal yang mereka bawa sudah disterilkan dari barang-barang haram karena hati tidak akan sepakat jika menuju Rumah Allah dengan bekal dari hasil haram. Sangat tidak pantas tentu saja menghadap Allah dengan bekal dana korupsi, penipuan, atau perzinahan.
JAKARTA - Nama sufi ini adalah Abu Sulaiman al-Darani. Lengkapnya, Abdurrahman bin Ahmad bin Athiyyah. Seperti tampak pada gelarnya, ia berasal dari perkampungan Daara, yang terletak di selatan Damaskus, Suriah. Dalam kitab Fadhilah Hajj karya Syekh Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, diceritakan sebuah peristiwa yang dialami sang salik. Kala itu, Abu Sulaiman al-Darani dalam perjalanan menuju Tanah Suci. Niatnya adalah untuk melaksanakan haji sekaligus berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanannya itu, ia tidak membawa bekal memadai. Belum sampai ke tujuan, dirinya bertemu dengan seorang pemuda Irak. Kebetulan, pemuda tersebut berjalan dengan tujuan yang sama. Akan tetapi, Syekh Abu Sulaiman memperhatikan, pemuda itu selalu sibuk membaca Alquran tatkala kafilah berjalan. Apabila kafilah singgah di suatu tempat, remaja Irak ini selalu menyempatkan diri untuk shalat. Siang hari, si pemuda berpuasa, sedangkan pada malamnya sibuk shalat. "Ia menempuh seluruh perjalanan dengan keadaan seperti itu hingga kami sampai ke Makkah Mukarramah," kata Syekh Abu Sulaiman, seperti dikutip buku Fadhilah Hajj. Sesampainya di Makkah, pemuda itu berpamitan kepada sang syekh. Sebelum berpisah, salik tersebut bertanya kepadanya. "Wahai anakku, apakah yang mendorongmu untuk melakukan mujahadah seperti yang telah aku saksikan sepanjang perjalanan tadi?" Pemuda itu menjawab. "Wahai Syekh, aku telah melihat sebuah istana surga di dalam mimpi." Melihat Abu Sulaiman terdiam, si remaja meneruskan deskripsinya tentang mimpinya itu. "Bangunan istana itu terbuat dari batu bata emas dan perak sampai atas. Kamar-kamarnya juga terbuat dari emas dan perak Yang membuatku takjub, ada seorang bidadari di dalamnya. Wanita itu tersenyum dan memberikan arahan bagaimana aku bisa mendapat istana dengan segala isinya itu," tuturnya. Syekh Abu Sulaiman tetap menyimak kata-katanya. "Salah seorang dari bidadari-bidadari itu melihatku sambil tersenyum, sehingga giginya kelihatan dan surga menjadi terang benderang oleh cahaya giginya itu. Katanya, 'Wahai pemuda, ber-mujahadah-lah untuk Allah supaya engkau menjadi milikku dan aku menjadi milikmu," ucap dia. Maka usai bermimpi itu, pemuda tersebut menguatkan tekadnya untuk selalu berusaha sungguh-sungguh dalam ibadah dan ketakwaan. Mendengar kisah pemuda itu, Syekh Abu Sulaiman kemudian berkata, "Wahai pemuda, bagaimana beratnya mendapatkan cinta dari Sang pemilik bidadari itu, yakni Allah SWT. Aku berkata kepada diriku jika hanya untuk mendapatkan bidadari saja mujahadahnya seperti yang kau lakukan itu berat, maka mujahadah seperti apa yang harus kukerjakan untuk mendapatkan Pemilik surga?" BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Iaberkelana mengalami tiga episode perjalanan, yaitu: pertama, keluar rumah dan meninggalkan kampung halaman; kedua, memasuki wilayah yang tidak diketahui, sebuah dunia misteri, sebuah pengalaman yang berbeda saat sampai pada fakultas-fakultas puncak dari dzikir dan fikir - seperti digambarkan di atas - lantas ia akan, dan ini episode terakhir, kembali ke kampung halaman. 40 Inilah yang disebut perjalanan menuju Tuhan (al-Safar min al-khalqi ila al-Haq). Tentang Safar dan Uns Jalan ruhani adalah suatu kata kias yang biasa disebutkan oleh para penempuh jalan spiritual. Kata kias itu bisa mengarah ke atas seolah-olah Tuhan ada di atas, biasanya yang berparadigma ini menulis “Naik Tangga Spiritual”, ada juga yang menyebut “jalan yang lurus”. Akan tetapi, pada umumnya para Sufi meyakini bahwa Allah ada di dalam diri kita, adanya Allah di dalam diri ini tidak dimaksudkan seperti pada konsep ruang dan waktu yang berasumsi bahwa perjalanan adalah berangkat dari satu titik stasiun ke titik stasiun yang lain. Dekatnya Allah dengan diri kita tidak seperti dekatnya jarak ruang dan waktu. Allah adalah berbeda dengan mahluk-Nya, Allah terbebas dari dimensi ruang dan waktu. Safar Safar atau perjalanan spiritual siyahah ruhaniah adalah perjalanan rekreatif yang bersifat spiritual. Menurut Syaikh Muhyi ad din Ibn Arabi bahwa safar adalah ber-tawajuhnya hati kepada al Haqq dengan dzikir. Safar dimulai ketika ketika hati berpaling kepada Allah dengan mengingat-Nya dzikir. Safar arti sinonimnya adalah sayr wa suluk. Salik Salik adalah seorang pelancong, jamaknya salikun atau sang penempuh spiritual. Tentang Uns Uns arti harafiahnya adalah kedekatan, keakraban, atau sifat merasa selalu berteman, tidak pernah merasa sepi. Uns adalah keadaan jiwa dan seluruh ekspresi terpusat penuh pada satu titik centrum yaitu Allah, tidak ada yang dirasa, tidak ada yang diingat, dan tidak ada yang diharap kecuali Allah. Walaupun situasi atau keadaan uns itu mirip atau hampir sama dengan fana, tetapi kaum Sufi tidak menyebutnya fana, tetapi al Mahwu, yaitu sekedar pemusatan seluruh ekspresi secara utuh kepada satu arah. Kesenangan dan kegembiraan hati hamba karena tersingkap baginya kedekatan qurb, keindahan dan kesempurnaan Allah SWT. Uns merupakan keadaan spiritual ketika hati dipenuhi cinta dan keindahan, kelembutan, belas kasih serta pengampunan Allah. Contohnya, keindahan uns tidak dapat dilukiskan, seperti yang dialami oleh pendengar dalam konser spiritual sama’ yang menyebabkannya mengalami kemabukan wajd ketika menemukan Allah. Uns merupakan wasilah untuk memperoleh Qurb, jadi bukan qurb itu sendiri, sebab ia merupakan kesucian kalbu dari selain Allah SWT. Bagaimana pendapat pakarnya? Situasi Al Uns ini mirip dengan al Fana, menurut Dzun An-Nun, sekiranya orang memperoleh keadaan uns, kiranya dia dilemparkan ke neraka dia tidak akan merasakannya. Menurut Al Junaid, apabila seseorang telah mencapai jiwa al Uns, andaikan tubuhnya ia ditusuk dengan pedang ia tidak akan merasakannya. Demikian sekilas mengenai uns, selanjutnya mari kita masuk kepada pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut perjalanan spiritual dengan harapan kita tahu kapan kita akan memulainya dan kemana kita akan menuju. Insya Allah.. 1. Apakah yang dimaksud perjalanan spiritual syair wa suluk? Pencapaian seseorang dalam memahami esensi Allah dalam dirinya. 2. Dimana perjalanan spiritual dilakukan? Di hati, di fisik, di pikiran? Jawabannya di hati. Pokok dari ajaran tarekat tasawuf adalah untuk men “ suci “ kan hati. Syarat penyucian hati yang per-tama adalah Taubat secara Lahir dan Batin. Taubat lahir berkaitan dengan Perkataan, perbuatan, perasaan, menghindarkan diri dari dosa dan memperbanyak kebaikan. Taubat batin berkaitan erat dengan rohani, mengembalikan sikap rohani kita kepada tahap kesucian-nya yang semula, yaitu bersih tanpa noda dan tanpa dosa. Keterkaitan antara rohani dengan jasad dan dunia akan melahirkan tenaga, baik yang positif maupun negatif. Tenaga negatif itu munculnya dari nafsu. Nafsu yang asalnya bersifat baik, kini sudah dikuasai oleh sifat-sifat buruk. Nafsu yang pada asalnya menghadap kepada Tuhan kini telah berpaling menghadap kepada yang bukan Tuhan. Dasar dari taubat batin adalah membawa nafsu kembali keasalnya semula, yaitu mengarah kepada Tuhan. Rantai yang menyeret nafsu kearah yang salah harus segera diputuskan. Tiga daerah nafsu yang perlu diketahui adalah Ammarah, Lawwamah dan Mulhamah. Rantai yang mengikat nafsu didalam daerah nafsu ammarah ini adalah nafsu yang paling kasar dan paling kuat. Pengikat nafsu di daerah ini adalah sifat-sifat yang tidak terpuji seperti Sombong, Ujub, Riya dan Sama’ah. Sifat-sifat tersebut membuat manusia merasa dirinya lebih baik, lebih mulia dan lebih cerdik dari pada orang lain. Suka menunjuk-nunjuk dirinya sendiri, suka dipuji-puji dan suka nama-nya menjadi terkenal. Di daerah ini tidak ada nilai-nilai murni kemanusiaan dan tidak ada peraturan. Orang yang berada di-daerah ini sangat tamak akan harta. Tidak peduli dari mana sumber harta itu diperolehnya. Nafsu yang berada di-daerah ammarah ini suka dengki, dendam, khianat dan berangan-angan. Nafs Mulhalmah, dia menghadap kepada Tuhan dengan merendahkan diri dan berhajat kepada-Nya. Sifat merendah-kan diri yang sudah lahir dalam hati-nya akan membuat-nya tidak lagi suka meng-kritik orang lain secara sembarangan. Dia lebih memandang orang lain dengan pandangan simpati, bukan mengutuk. Zikir-nya sudah masuk ke-dalam lubuk hati-nya yang paling dalam yang akan menguat-kan rasa ke-tergantungan-nya semata-mata hanya kepada Allah SWT saja. Apabila keikhlasan ahli mulhamah ini sudah semakin bertambah kuat maka dia akan melakukan kebaikan bukan lagi karena takut akan Allah’ akan tetapi semata-mata ha-nyakarena Allah’ atau karena ingin mendapat-kan keridloan-Nya. Orang yang sudah berada pada tahap ini akan terus-me-nerus mentaati semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-nya, sekali-pun Tuhan tidak menjadikan Surga dan Neraka. Keyakinan-nya hanya kepada Allah SWT semata-mata. Keyakinan-nya kepada Allah SWT sudah sangat mendalam, sebab itu dia sangat kuat melakukan tajrid, yaitu menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT saja, tidak kepada yang lain. Dia telah berada pada tahap yang di-ridlo-i oleh Allah SWT. 89. 27. “Wahai jiwa yang tenang”. 89. 28. “Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” Selain mengajar-kan perjalanan kerohanian melalui daerah-daerah nafsu, tarekat tasawuf juga mengajar-kan perkembangan kesadaran rohani melalui berbagai-bagai peringkat kebatinan. Suasana kebatinan itu dinamakan Latifah Rabbaniah, yaitu unsur ghaib yang merupa-kan urusan Tuhan yang tidak mampu difikir-kan oleh manusia. Latifah Rabbaniah yang tergolong sebagai Diri Batin adalah 1 Latifah Kalbu, 2 Latifah Roh, 3 Latifah Sir, 4 Latifah Khafi, 5 Latifah Akhfa, 6 Latifah Nafsu Natiqah dan 7 Latifah Kullu Jasad. Latifah Kalbu ada-lah hati nurani. Ia menjadi raja yang memerintah sekalian anggota dan tubuh ma-nusia. Ia menjadi induk bagi semua latifah yang lain. Kalbu atau hati itu-lah yang menjadi perhatian Allah SWT. Jika baik hati-nya akan baiklah seluruh anggota badan, dalam jiwa yang sehat terdapat badan yang kuat, bukan sebalik-nya. Kesungguhan beribadat dan berzikir akan membebas-kan Latifah Kalbu dari hijab alam perasaan yang menutupi-nya. Bila Latifah Kalbu telah bebas dari tutup alam perasaan ia akan menghadap kepada alam ghaib dan menerima ilham yang bebas dari bisikan syaitan. Kesadaran kebatinan pada tahap Latifah Kalbu membuat hati merasa-kan jalinan yang erat dan unik dengan Kenabian Adam atau dapat juga dikatakan bahwa hati mengalami suasana Hakikat Adamiyah. Perjalanan Nabi Adam menjadi pedoman untuk bertaubat dan membersihkan hati dari segala dosa dan kekotoran. Keasyikan dalam suasana latifah ini sering membuat mata-hati kita mampu untuk menyaksikan cahaya dan warna di-alam ghaib. Keasyikan dalam Latifah Kalbu akan mem-bawa seseorang me-nyaksi-kan cahaya berwarna kuning yang gemerlapan. Cahaya latifah yang disaksikannya bukanlah cahaya Tuhan dan sekali-kali bukanlah Tuhan., karena-nya kita harus memperbanyak ucapan “La ilaha illa Llah ”. Latifah Kalbu adalah seumpama ruang yang besar, dimana di dalamnya terdapat berbagai-bagai latifah lagi. Tahap kesadaran latifah yang lebih mendalam di-nama-kan Latifah Roh, atau dikenali sebagai Roh Hewani. Latifah Roh atau Roh Hewani itu di-hijab-kan oleh sifat-sifat keji yang disebut sebagai sifat binatang jinak. Sifat ini akan menyeret manusia ke-jalan yang hanya me-muas-kan nafsu syahwat seperti hewan, tanpa meng-hirau-kan akibat dan dosa. Sifat binatang jinak ini-lah yang membuat manusia berani melakukan kesalahan walau-pun orang lain yang telah membuat kesalahan yang sama telah menerima akibat-nya. Orang lain yang telah mati karena penyakit aids tidak menakut-kan binatang jinak untuk terus berbuat maksiat. Orang lain yang sudah di-hukum gantung sampai mati karena menjual narkoba tidak menakut-kan binatang jinak untuk terus menjual narkoba. Memang sifat binatang tidak mengenal dosa dan tidak takut kepada penyakit. Tenaga ibadat dan zikir yang masuk ke-daerah Latifah Roh akan menghancurkan sifat binatang jinak itu. Bila sifat tersebut telah hancur , maka akan muncul-lah sifat Latifah Roh yang asli, yaitu gemar beribadat, kuat ber-tawakal dan ridlo / rela dengan takdir Tuhan. Kesadaran pada tahap ini Latifah Roh akan membuat seseorang banyak melakukan ibadat dan berzikir tanpa merasa penat dan jemu. Di-daerah ini akan muncul hubungan kerohanian antara Kenabian Ibrahim dengan Nabi Nuh Pertemuan’ dengan Hakikat Ibrahimiyah dan Nuhiyah akan menguat-kan kesanggupan seseorang untuk berjuang dan berkorban demi mendapat-kan ke-ridlo’an Allah SWT. Keasyikan dalam daerah Latifah Roh ini akan membawa mata hati kita untuk dapat menyaksikan cahaya yang berwarna merah yang gilang gemilang. Cahaya latifah ini juga bukan-lah cahaya Tuhan dan sekali-kali bukan Tuhan, perlu dinafikan dengan memperbanyak ucapan “La ilaha illa Llah ”. Setelah melewati daerah Latifah Roh seseorang akan mengalami pula suasana ke-rohani-an di-daerah Latifah Sir atau di-nama-kan Roh Insani. Latifah Sir atau Roh Insani ini dihijab oleh sifat buruk yang di-nama-kan sifat binatang buas. Sifat tersebut mendorong manusia untuk saling bermusuhan, melakukan kezaliman, saling mendendam dan saling membenci. Kesadaran kebatinan pada tahap Latifah Sir inilah yang sering membuat hati gila akan Allah hingga ke-tahap tidak-rasional. Dalam daerah ini juga terjalin hubungan kerohanian dengan Kenabian Musa Hakikat Musawiyah membawa-nya merasakan kedekatan dengan Allah dan me-rasai nikmat Cinta Ilahi. Ke-asyik-an dalam daerah ini membawa mata hati menyaksikan cahaya berwarna putih yang gemerlapan. Cahaya latifah ini juga bukan-lah cahaya Tuhan dan sekali-kali bukan Tuhan, karena-nya mesti dinafikan dengan ucapan “La ilaha illa Llah ” sebanyak mungkin. Seterus-nya hati akan mengalami suasana Latifah Khafi. Latifah ini dihijab-kan oleh sifat syaitaniah yang menerbit-kan perasaan dengki, khianat dan busuk hati. Apabila tenaga ibadat dan zikir yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh dapat meng-hancur-kan sifat syaitaniah, maka akan muncul sifat latifah yang asli iaitu sabar, syukur, ridlo dan tawakal yang sebenar-nya. Kesadaran pada tahap Latifah Khafi ini, akan membuat seseorang mengalami hubungan kerohanian dengan Kenabian Isa atau Hakikat Isaiyah. Kesadaran di-daerah ini akan menambah kekuatan rohani untuk menghampiri Allah pada tahap ini akan selalu muncul perkara yang luar biasa seperti kemampuan untuk mengobati penyakit dan mempunyai firasat yang tajam, walau-pun bidang-bidang tersebut tidak pernah dipelajarinya. Keasyikan dalam Latifah Khafi membawa seseorang mampu untuk me-nyaksi-kan cahaya hitam yang tidak terhingga. Cahaya ini juga bukan-lah cahaya Tuhan dan se-kali-kali bukan Tuhan. Ia mesti dinafi-kan dengan memperbanyak ucapan “La ilaha illa Llah ”. Kesadaran kebatinan seterus-nya di-nama-kan Latifah Akhfa yang dihijab oleh sifat Rabbaniah ketuhanan yang tidak layak dipakai oleh makhluk. Sifat tersebut melahir-kan rasa sombong, ujub dan ria. Apabila tenaga ibadat dan zikir mampui untuk mem-bebas-kan Latifah Akhfa dari sifat Rabbaniah maka akan muncul sifat kebaikan seperti ikhlas dan tawaduk yang sebenar-nya. Kesadaran dalam daerah ini membuat seseorang gemar bertafakur. Dalam kesadaran latifah ini juga lahir hubungan kerohanian yang erat dengan Kenabian Muhammad atau Hakikat Muha-mmadiah. Orang yang bersangkutan akan mengalami rasa kasih, keasyikan dan kerinduan yang amat sangat terhadap Rasulullah SAW. Ucapan salawat merupa-kan ucapan yang sangat merdu dan meng-asyik-kan. Keasyikan terhadap Rasulullah dalam daerah Latifah Akhfa ini juga membuat seseorang akan mengalami suasana pertemuan’ dengan rohani Rasulullah seperti dalam mimpi. Hakikat Muhammadiah membawa seseorang memasuki suasana Cinta Allah SWT yang lebih halus, lebih ber-seni, lebih nikmat serta memperoleh muraqabah atau berhadapan dengan Allah SWT semata-mata, tidak kepada selain-Nya. Keasyikan pada latifah ini juga membawa seseorang untuk dapat menyaksi-kan cahaya hijau yang gilang gemilang. Cahaya ini juga bukan cahaya Tuhan dan sekali-kali bukan Tuhan, perlu dinafikan dengan ucapan “La ilaha illa Llah ”. Latifah seterus-nya dinamakan Latifah Nafsu Natiqah. Latifah ini juga dikenal sebagai diri yang boleh berfikir. Nafsu Natiqah dihijab oleh sifat ammarah yang banyak mem-bentuk khayalan dan melahir-kan penyakit panjang angan-angan. Dalam daerah inilah gambar-gambar yang disukai oleh nafsu syahwat ditayang-kan. Keinginan kepada ke-senangan dan ke-seronok-an dunia berpuncak di-daerah ini. Apabila tenaga ibadat dan zikir sanggup meng-hapus-kan sifat ammarah, akan muncul-lah suasana hati yang ten-teram dan fikiran yang tenang. Keasyikan dalam kesadaran Nafsu Natiqah ini akan membawa seseorang menyaksikan cahaya yang berwarna ungu yang gilang gemilang. Cahaya ini juga bukan cahaya Tuhan dan sekali-kali bukan Tuhan, perlu dinafikan sebanyak mungkin dengan ucapan “ La ilaha illa Llah ”. Latifah yang terakhir di-kenal sebagai Latifah Kullu Jasad yang meliputi seluruh tubuh. Latifah ini dihijab oleh sifat jahil dan lalai. Apabila hijab tersebut mampu dihapuskan oleh tenaga ibadat dan zikir akan muncul-lah sifat berilmu dan beramal. Tena-ga zikir yang berjalan lancar dalam daerah ini dapat dirasakan mengalir ke-seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ke-ujung kaki, menyerap ke-segenap rongga dalam tubuh badan, bercampur dengan darah, daging, tulang, sumsum dan seluruh maujud. Suasana yang demikian bisa di-kata-kan bahwa seluruh tubuh berzikir. Keasyikan dalam latifah ini membawa seseorang menyaksi-kan cahaya yang gilang gemilang tidak dapat dibayang-kan dan ditentukan warna-nya. Cahaya ini, seperti juga cahaya-cahaya yang lain, bukan-lah cahaya Tuhan dan sekali-kali bukan Tuhan dan perlu di-nafikan dengan ucapan “ La ilaha illa Llah ”. Tujuan tarekat tasawuf adalah membawa hati keluar dari kegelapan dan masuk kedalam cahaya yang terang benderang. Dalam dunia ini benda-benda nyata bisa di-saksi-kan karena ada-nya cahaya terang seperti matahari, bulan dan lampu. Perkara dunia yang abstrak dapat di-saksi-kan melalui cahaya akal. Alam ghaib dapat pula di-saksi-kan melalui cahaya latifah. Walau-pun cahaya latifah muncul seben-tar saja dalam pandangan mata hati namun ia cukup memadai untuk me-nerangi perjalanan menuju stasiun kerohanian berikutnya. Apabila seseorang mencapai baqa semua cahaya tidak mempunyai warna, maka tidak ada penyak-sian terhadap cahaya, tetapi hati masih dapat merasakan suasana yang terang benderang menerangi perjalanan-nya, sehingga dia tidak merasa keliru atau ragu-ragu. Cahaya-cahaya alam kerohanian memandu seseorang untuk sampai ke-Hadrat Ilahi. Suasana Hadrat Ilahi adalah makam ihsan, yaitu merasai kehadiran Tuhan dalam segala keadaan dan pada setiap saat. Orang yang sampai kepada pengalaman yang demikian itu, akan mengerti maksud firman Allah SWT Allah jualah Cahaya bagi langit dan bumi. Ayat 35 Surah an-Nur Nur Allah SWT adalah Hadirat-Nya atau kehadiran-Nya yang dapat dirasakan oleh hati yang terkait-erat dengan roh-nya yang asli. Nur Allah SWT bukan-lah cahaya yang bo-leh di-fikir-kan, di-gambar-kan atau di-khayal-kan. Maksud melihat Nur Allah SWT ada-lah merasakan ke-hadiran-Nya. Apa-pun warna cahaya yang di-saksi-kan di-dalam alam ghaib adalah cahaya yang Dia gubah sebagai alat untuk menarik hamba-hamba-Nya agar dapat terus berjalan sehingga sampai kepada alamat yang dituju. Alamat yang terakhir hanya dapat di-temui dan di-capai melalui obor-cahaya kebenaran yang sejati. Dan demikian-lah Kami wahyu-kan kepada engkau satu Roh dari urusan Kami. Padahal tidak-lah engkau tahu apa itu Kitab dan apa itu iman. Tetapi Kami jadikan ia nur yang Kami beri petunjuk dengan ia barangsiapa yang kami kehendaki daripada hamba-hamba Kami. Dan sesungguh-nya engkau akan memimpin kepada jalan yang lurus. Yaitu jalan Allah, yang kepunyaan-Nya apa yang ada di-semua langit dan apa yang ada di- bumi. Ketahui-lah! Kepada Allah akan sampai segala urusan. Ayat 52 & 53 Surah asy-Syura Wahyu adalah cahaya kebenaran yang sejati, dijadikan nur yang memberi petunjuk yang dengan-nya segala urusan sampai kepada Allah SWT. 3. Bagaimana caranya perjalanan spiritual itu dilakukan? Jawaban Versi Pertama Oleh Idries Shahh, “Mahkota Sufi, Menembus Dunia Ekstra Dimensi” Tujuh Diri Nafsu Pengembangan diri di Jalan Sufi mensyaratkan Salik untuk melampaui tujuh tahap persiapan, sebelum individualitas siap menunaikan tugasnya secara utuh. Tahap-tahap itu yang kadangkala disebut “manusia”, adalah tingkatan dalam transmutasi kesadaran, istilah teknis untuk nafs, jiwa. Pendek kata, tahap-tahap perkembangan itu, masing-masing memungkinkan kekayaan batin lebih lanjut di bawah bimbingan seorang guru praktis, adalah 1. Nafs al-ammarah nafsu merusak, menguasai diri 2. Nafs al-lawwamah nafsu tercela 3. Nafs al-mulhimah jiwa yang rakus 4. Nafs al-muthmainnah jiwa yang tenang 5. Nafs ar-radiyah jiwa yang tulus 6. Nafs al-mardiyah jiwa yang terbebaskan 7. Nafs ash-shafiyah wa kamilah jiwa yang suci dan sempurna. Nafs disyaratkan melalui proses yang diistilahkan “kematian dan kelahiran kembali”. Proses pertama, yaitu Mati Putih menandai tingkat perkembangan awal murid, ketika ia mulai membangun kembali nafs spontan dan emosional, sehingga hal ini selanjutnya akan menyediakan suatu sarana untuk menjalankan kegiatan kesadaran, yaitu nafs kedua. Sifat-sifat jiwa “tenang, terbebaskan”, dan sebagainya, mengacu pada dampak terhadap individumaupun kelompok dan masyarakat secara umum, dan berbagai fungsi yang sangat jelas pada setiap tahap. Fenomena penting dari tujuh tahap dalam latihan-latihan Sufi itu adalah sebagai berikut 1. Lepas kendali diri, mempercayai diri sebagai personalitas koheren, mulai belajar bahwa ia mempunyai berbagai kemampuan personal, sebagai individu yang berkembang. 2. Permulaan kesadaran diri dan “penentuan”, dimana pemikiran secara spontan melihat apa itu kesadaran diri. 3. Permulaan integrasi mental, ketika jiwa mempunyai kemampuan memasuki tahap yang lebih tinggi dibandingkan kebiasaan sebelumnya. 4. Kedamaian, keseimbangan individualitas. 5. Kemampuan melakukan tugas, tahap pengalaman baru yang tidak bisa dideskripsikan di luar analogi yang sejalan. 6. Aktivitas dan tugas baru, termasuk di luar dimensi individualitas. 7. Pemenuhan tugas rekonstitusi, kemampuan mengajar orang lain, daya bagi pemahaman obyektif Unsur-unsur Sufisme Sepuluh Unsur Sufisme mengacu pada kerangka kerja individual, dimana sebagai Salik, ia menggali potensi untuk bangun atau hidup dalam dimensi yang lebih agung dan berada di luar pengalaman biasa. Al-Farisi mencatatnya sebagai berikut 1. Pemisahan dari kesatuan. 2. Persepsi pendengaran. 3. Persahabatan dan asosiasi. 4. Preferensi yang benar. 5. Penyerahan pilihan. 6. Pencapaian secara cepat “keadaan” tertentu. 7. Penetrasi pemikiran, pengujian diri. 8. Perjalanan dan gerakan. 9. Kepasrahan dalam menerima rezeki. 10. Pembatasan keinginan atau ketamakan. Latihan dan pelatihan Sufi berdasar pada Sepuluh Unsur ini. Sesuai dengan kebutuhan murid, guru akan memilihkan program-program studi dan tindakan untuknya dengan memberikan kesempatan kepadanya untuk melaksanakan berbagai fungsi yang terangkum dalam Unsur-unsur itu. Oleh karena itu, faktor-faktor ini adalah dasar persiapan individu menuju perkembangan dimana apabila ia tidak bisa mengalami atau merasakan, ia dibiarkan mencapainya sendirian. Jawaban Versi kedua Seseorang mesti bebas untuk bisa sepenuhnya menjadi cahaya bagi dirinya sendiri. Cahaya bagi diri sendiri! Cahaya ini tidak bisa diberikan oleh orang lain, Anda juga tidak bisa menyalakannya pada lilin yang lainnya. Jika Anda menyalakannya pada lilin yang lain, itu hanya layaknya sebatang lilin, ia bisa tertiup mati dengan mudah. Penyelidikan untuk mencaritahu apa arti dari menjadi cahaya bagi diri sendiri merupakan bagian dari meditasi. Jawaban Versi ketiga Al-Ghazali dalam Kitab Ajaaibul Qulub[5] jelas membedakan istilah-istilah seperti qalb rasa jiwa, bukan rasa jasadiah/psikis, nafs, ruh, dan aql; dimana istilah-istilah ini dalam konsepsi psikologi modern tak terpetakan dengan tegas karena berada pada tataran jiwa yang bersifat malakut, atau secara psikologi analitik berada di ruang ketaksadaran. Prinsipnya, apa yang disebut sebagai manusia sempurna insan kamil dalam terminologi Al-Qur’an, minimal manusia yang sudah memiliki struktur seperti tercantum dalam An-Nur [24] 35, seorang Insan Ilahi. Manusia dikatakan sebagai khalifatullah wakil Allah di bumi jika ia telah mencapai state tersebut, ia membawa kuasa Allah dan bercitra Ar-Rahman. Ayat tersebut mengisyaratkan tentang manusia, dimana di dalam jasad misykat-nya terdapat nafs jiwa yang qalb zujajah-nya bercahaya seperti bintang karena telah dinyalakan dari dalam dengan api Ruh al-Quds misbah. Adapun misykat sifatnya kusam dan tak tembus pandang, sebagai perlambang jasad yang berasal dari alam mulk ardhiyah, merupakan manifestasi terendah dari kehadiran Al-Haq dalam alam syahadah. Rasulullah SAW menyinggung tentang eksistensi jiwa nafs yang qalbnya telah diperkuat oleh api Ruh al-Quds, sebagai berikut “Qalb itu ada empat macam, pertama, qalb yang bersih, di dalamnya terdapat pelita yang bersinar cemerlang, itulah qalb al-mu’min; kedua, qalb yang hitam terbalik, itulah qalb orang kafir; ketiga, yang terbungkus dan terikat pada bungkusnya, itulah qalb orang yang munafik; dan keempat, qalb yang tercampur, di dalamnya terdapat iman dan nifaq.” “Dialah yang telah menurunkan as-sakinah ke dalam qalb orang-orang al-mu’min, agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang telah ada” Al-Fath [48] 4. “Barang siapa memiliki juru-nasehat dari dalam qalbnya, berarti Allah telah memberi seorang penjaga hafidh atasnya” Rasulullah SAW. Qalb menjadi hitam dan terbalik jika ia mempertuhankan hawa nafsu, mengingkari dan mendustakan kebenaran al-haq. Hati yang seperti ini akan memandang bagus atas segala yang mereka kerjakan, karena tertutup ilusi dan waham syaithan. Adapun qalb si munafik terikat pada bungkus jasadiyah, merupakan qalb yang terlalu mencintai dunia terikat kepada syahwat jasmaniah; pandangan batinnya tertipu oleh nilai-nilai estetik fisik dengan tanpa melihat hakikatnya, maka ia bisa menjual’ agamanya demi kesenangan sesaat. Seperti telah diulas tadi, bahwa si nafslah yang menjadi fokus pendidikan Ilahi. Alam dunia ini bagi nafs sebenarnya hanya sebuah jenjang ’sekolah dasar’, Rasulullah SAW berkata bahwa alam dunia ini hanyalah sebuah jembatan kecil yang menghubungkan dua alam besar, dan si nafs diuji dalam pengembaraannya di oase’ ini; sementara ia harus menyelesaikan sejumlah jenjang ’sekolah lanjutan’ lagi. Di alam dunia, jasad atau raga insan berperan sebagai kendaraan bagi si nafs untuk menemukan al-haq di bumi jagat ini sebagai pelajaran pertamanya. Si nafs harus mengembara di muka bumi hingga terbuka kepadanya malakut langit, atau hakikat dari segala yang wujud khalq di alam syahadah, dan hakikat dari setiap khalq adalah al-haq. “Akan Kami perlihatkan ayat-ayat Kami di ufuk semesta dan di dalam nafs masing-masing, hingga jelaslah bagi mereka itu bahwa itu adalah al-haq” Al-Fushshilat [41] 53. “Tiap segala sesuatu pasti binasa, kecuali Wajah-Nya” Al-Qashash [28] 88. Sebelum memahami bahwa Dia ada di mana-mana dan Dia lebih dekat dari urat leher, maka si nafs harus melihat kepada aspek wajah-Nya berupa Al-Haq; ia harus melihat bahwa hakikat dari segala sesuatu di alam semesta, berupa ayat-ayat Kauniyyah, adalah al-haq; juga hakikat dari apa yang ada di dalam nafs-nya tak lain adalah al-haq yang mengalir dari Martabat Ilahi. Sebelum si nafs dimasukkan ke dalam kurungan jasad corpus janin di dalam rahim ibu, maka si nafs dipanggil terlebih dulu ke hadapan Allah SWT, katakanlah ini adalah status nafs ketika di alam Nur atau alam Alastu. “Dan ketika Rabb-mu hendak mengeluarkan keturunan bani Adam dari sulbi mereka, dan Allah telah mengambil kesaksian atas nafs-nafs mereka, Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ mereka menjawab Benar! Kami menyaksikan’ Agar di hari kiamat kamu tidak berkata Sesungguhnya kami lengah atas kesaksian ini’” Al-Araf [7] 172. Sebelum nafs diturunkan di alam dunia, maka dalam kesaksian ini qadha dan qadarnya ditetapkan terlebih dahulu “amal-amal insan dikalungkan pada leher’nya” Al-Isra’ [17]13. Ketetapan-ketetapan ini berupa misi hidup swadharma yang harus dimanifestasikan di muka bumi, ini merupakan amanah Allah yang telah digariskan sesuai dengan bakat langit si nafs swabhawa, misi hidup setiap insan bersifat unik tidak ada yang sama satu dengan lainnya. Misi dharma si nafs harus ditemukan dan dijalankan di bumi ini, tidak ada perubahan dalam dharma si nafs, karena bakat langit swabhawa si nafs merupakan fitrah yang tidak berubah, dan sebagian besar manusia tidak mengetahui ketetapan dirinya karena qalb-nya terpendam dosa. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada ad-Din. Fitrah Allah, yang Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah ini, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Inilah ad-Diin yang teguh, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Ar-Ruum [30] 30. Jika tanpa Rahmat Allah SWT, ketetapan-ketetapan Allah yang tertulis di dada si nafs tidak akan terbuka, dan ini merupakan rizqi batin manusia yang kuncinya ada di dalam nafs. Sementara untuk mencapai ini sulit karena harus menggeser pusat kesadaran dari ego ke nafs self. Dari alam Nuur, setelah 120 hari penyusunan janin bayi, maka nafs yang telah diamanahi qudratullah beserta ruh yang akan mengisi jasad si bayi diturunkan. Di sini si nafs berada dalam tiga kegelapan. “Kemudian Dia menyempurnakan janin, dan meniupkan kedalamnya ruh-Nya, dan Dia menjadikan bagimu, pendengaran, penglihatan, dan fu’ad, tapi sedikit di antara kamu yang bersyukur” As-Sajdah [32] 9. “Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu tahap demi tahap dalam tiga kegelapan” Az-Zumar [39] 6. Bagi si nafs sewaktu masih di dalam rahim, kegelapan pertama adalah wadah jasadnya sendiri, lapis kegelapan kedua adalah jasad ibunya, dan kegelapan ketiga adalah penjara alam dunia yang bersifat material. Ego dibentuk dan ditumbuhkan melalui fikiran oleh dua kekuatan, pertama persepsi inderawi yang bersifat syahwati, dan kedua oleh hawa nafs. Interaksi timbal balik dua kekuatan ini melalui link ego menjadi cenderung memperkuat satu sama lain dan membangun kompleks-kompleks sayyi’ah jiwa. Manusia digelapkan qalb-nya dan dilumpuhkan nafs-nya oleh dua perkara yaitu cinta dunia dan mempertuhankan hawa. “Berkata ia,’Ya Rabbi, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dulu di dunia adalah seorang yang melihat?’” Thaha [20] 125. “Karena sesungguhnya bukanlah matanya yang buta tetapi qalb yang di dalam dada” Al-Hajj [22] 46. “Yang demikian itu disebabkan oleh karena mereka mencintai kehidupan dunia di atas akhirat… Mereka itulah yang qalb, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka adalah orang-orang yang lalai” An-Nahl [16] 107-108. “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawanya sebagai tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain bagaikan ternak bahkan lebih tersesat jalannya” Al-Furqaan [25] 43-44. “Dan barang siapa buta di dunia ini, maka di akhirat akan buta pula dan lebih tersesat jalannya” Al-Isra [17] 72. Bila nafs dirahmati Allah Ta’ala, maka secara bertahap indera-indera batinnya mulai bangun dan menguat, karena hijab-hijab dosa di qalb-nya mulai tanggal. Si nafs yang telah tumbuh kuat akan segera melakukan proses penggembalaan dan pendidikan atas tentara lahir dan tentara batinnya. “Dan adapun mereka yang takut akan maqam Rabb-nya dan menahan nafsnya dari hawa” An-Naazi’at [79] 40. Jika ego tidak dikonstruksi-baru oleh nafs, maka akan menjadi pabrik penghasil sayyiah, dimana racun’ hati ini secara efektif dapat mematikan qalb. Kesadaran, secara psikologis, berpusat di ego, sementara qalb dan nafs berada di bawah level kesadaran atau di ketaksadaran unconsciousness. Jika cahaya qalb tidak menyentuh ego dan pikiran, maka pada hakikatnya manusia belum mengenal qalb-nya apalagi memfungsikannya. Karena qalb tak berfungsi, maka manusia tersebut dikatakan belum memiliki qalb buta hati kecuali hati jasmaniahnya saja, dan hanya memiliki satu akal yaitu pikirannya saja. “Mereka memiliki qalb tetapi tidak digunakan untuk memahami, mereka memiliki mata tetapi tidak digunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakannya untuk mendengar, mereka seperti ternak bahkan lebih tersesat” Al-A’raf [7] 179. Dengan transformasi akal dari ego ke lubb, maka kesadaran seseorang ditransformasi terus-menerus hingga menyentuh Lathifah Ilahiyah, sehingga qalb-nya “melihat” al-haq dimana-mana Al-Fushshilat [41] 53. Dalam dunia tashawwuf, hirarki uruj kesadaran batin mencakup tujuh proses Dalam proses ini, tahapan insan untuk memenuhi struktur yang dituntut oleh An-Nuur [24] 35 menjadi terlampaui. Ini adalah proses manusia untuk mengenal Rabb-nya, yang harus diawali dengan kesadaran atas keberadaan nafs dalam jasadnya sebagai jati diri yang sebenarnya. “Barangsiapa mengenal nafsnya maka akan mengenal Rabb-nya.” Rasulullah SAW Dengan bermujahadah pada proses tazkiyyatun-nafs maka instrumen mata dan telinga batin nafs akan mulai bangun secara bertahap. Seperti bangunnya akal jasadi pada bayi oleh tumbukan terus menerus citra alam dunia melalui indera mata dan telinganya, maka pengendalian mata dan telinga jasmani dari hal-hal yang diharamkan Allah Ta’ala akan mencergaskan kembali penglihatan dan pendengaran si nafs, dan dengan sehatnya dua indera batin tersebut akan mulai mengaktivasi akal jiwa lubb. Manusia yang lubb-nya hidup dinamai sebagai Ulul-Albaab, dan hanya Ulul-Albaab yang bisa memahami kalimah Ilahiyah di alam semesta. “Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa diberi hikmah, sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali Ulul-Albaab” Al Baqarah [2] 269. Proses uruj tadi merupakan proses taubat, dimana makna taubat adalah perjalanan kembali menuju Allah, merupakan proses ditariknya si hamba mendekat kepada-Nya, dan ini akan melampaui semesta alam-alam, karena jarak antara si hamba dengan Dia adalah tak hingga. Dan tidak ada alam yang ia lampaui, kecuali lubb-nya akan menguasai urusan-urusan di alam tersebut. Siapa yang bertaubat kembali kepada Allah maka itu baru awal dari hidayah pemberian petunjuk, dan siapa yang tidak mencari Allah tidak bertaubat maka mendzalimi dirinya sendiri. “Dialah yang memperlihatkan kepadamu ayat-ayat-Nya dan menurunkan kepadamu rizki dari langit jiwa. Dan tidak ada yang bisa mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang bertaubatkembali.” Al-Mu’min [40] 13 “Dan sesungguhnya Aku menjadi Maha Pengampun bagi mereka yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih, kemudian atasnya petunjuk” Thaha [20] 82. “Siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim” Al-Hujurat [49] 11. Pikiran yang tak jernih bisa mematikan qalb, dan jika qalb mati berarti qalb kehilangan Cahaya Jabarut-nya dan ini berdampak lumpuhnya si nafs dalam diri manusia. Jika nafs dalam diri manusia lumpuh maka lumpuh pula kekuatan amr dalam dirinya, sehingga aksi fungsi transenden ke ruang kesadaran tidak terjadi. Orang yang sehat qalb-nya dari dosa-dosa dan penyakit hati akan sehat pula nafs-nya, dan jika si nafs sehat ia akan membimbing raga untuk menemukan obat bagi penyakit fisiknya, dan ini perlu waktu “Barang siapa sehat qalb-nya maka akan sehat jasmaninya” Rasulullah SAW. Dengan mengerjakan misi hidupnya atau qudrah dirinya dharma yoga maka qalb orang itu terselamatkan dari penyakit fikiran, dan jika qalb selamat qalbun salim ia akan melihat’ Tuhannya. Kata Al-Ghazali, satu-satunya perangkat dalam diri manusia untuk ber-ma’rifatullah adalah qalb-nya. Qalb adalah rasa si jiwa nafs dan bukan rasa psikis emosi yang dapat tersentuh oleh observasi psikologis, ia adalah makhluk ruhani. Lebih jauh Al-Ghazali berkata bahwa jika seseorang tidak mengenal qalb-nya maka tidak akan mengenal nafs-nya; jika nafs tidak dikenal maka dharma tak dikenal; jika dharma tak dijalankan maka terputus jalan untuk menuju Sang Pencipta; dan jika ia terputus jalan maka kesadarannya tidak akan melampaui alam-alam, sehingga kebijakan-kebijakan Ilahi dalam kehidupan semesta tak terpahami oleh akal bawahnya. Maka dikatakan Allah SWT bahwa hanya Ulul-Albaab orang yang memiliki akal jiwa/lubb yang bisa memahami ayat-ayat-Nya, dan lubb itu tidak menyala jika cahaya qalb padam. Inteligensia atau kecerdasan fisik kekuatannya hanya menyentuh sejauh alam fisik. Jika kita mencoba menggunakan kecerdasan fisik untuk menggeneralisasi atau menginduksi imajinasi ke alam malakut, maka hal ini seperti nasib elemen-elemen vektor yang jika dioperasikan bagaimanapun dengan hukum-hukum ruang vektor, tidak akan melompat keluar dari ruang vektornya. Akibatnya “pantai yang lain” selalu tak diketemukan. Kecerdasan bawah’ hanyalah bayangan dari kecerdasan jiwa kecerdasan atas’ yang mestinya bisa dilahirkan dengan jalan mujahadah dalam tazkiyyatun-nafs. Al-Quran menyinggung ihwal pertumbuhan pribadi insan hingga baligh-nya dan ihwal usia 40-tahunan, dimana manusia sudah harus melakukan proses taubat Al-Ahqaaf [46] 15. Dengan proses taubat maka fitrah insani dalam arti yang haqiqi akan terbuka Ar-Ruum [30] 30-31, dimana fitrah ini terkait dengan persoalan swabhawa-swadharma dan qadha-qadar, dan ini terletak di nafs manusia yang harus direalisasi. Jika manusia melupakan Allah SWT, atau menomorduakan urusan Tuhannya, maka Dia akan membuat si manusia tersebut lupa akan nafsnya Al-Hasyr [59] 18-19, dan lumpuhlah si nafs itu dari berkata-kata nathiqah ihwal fitrah dirinya padahal kesaksian tentang perkara “misi hidup” ini telah diambil si nafs sebelum ia dimasukkan ke rahim ibu Al-’Araaf [7] 172. Aspek olah jiwa suluk atau dimensi batin dari agama-agama sebenarnya untuk tujuan transformasi dari “arah dalam,” mengubah sayyi’ah-sayyi’ah menjadi hasanah-hasanah Al-Furqaan [25] 70-71. Apa yang disebut dengan kecerdasan, di tingkat apapun merupakan produk dari transformasi-transformasi diri, terutama transformasi jiwa. Dalam konsep Al-Qur’an, kecerdasan seseorang dalam suatu lingkup dharma berbanding lurus dengan tingkat kesucian jiwa yang diperoleh lewat jalan taubat Al-Mu’min [40] 13. Jika jiwa tumbuh maka akal jiwa lubb akan tumbuh juga, sehingga hiduplah akal luar dan akal dalamnya, sejalan dengan apa yang dikatakan Rasulullah SAW “Tiap-tiap sesuatu bekerja menurut caranya orbitnya masing-masing, maka Rabbmu mengetahui siapa-siapa yang terpimpin jalannya huwa ahda sabiila. Dan mereka bertanya kepadamu ihwal Ar-Ruh, katakanlah bahwa Ar-Ruh itu dari amr Rabbku, dan tidak kamu diberi pengetahuan tentang ini kecuali sedikit” Al-Israa [17] 84-85. Dari ayat di atas, jelas bahwa aspek Ar-Ruh atau Ruh Al-Quds Holy Spirit dihubungkan dengan orbit diri atau misi hidup tiap-tiap insan yang unik satu sama lain. Dan rahasia dari Ar-Ruh ini terletak di nafs, dan seperti Al-Ghazali katakan bahwa jika qalb tak dikenal maka nafs tak dikenal. Siapa yang seolah-olah melupakan Allah, maka Allah buat dia lupa akan nafsnya, sehingga tertutuplah jalan untuk mengenal Dia. Barang siapa tidak mengenal nafsnya maka ia tidak akan mengenal Tuhannya. Jawaban Versi ke empat Anand Krishna, dalam buku karangannya “Haqq Moujud”, menjelaskan bahwa ada tujuh anak tangga menuju Tuhan. Biasakan bicara dengan lembut, setiap hari sisihkan waktu bagi dirimu sendiri dalam keheningan, belajar memaafkan dan melupakan kesalahan orang, sayangi mereka yang berbuat jahat kepadamu, bukalah hatimu bagi segala sesuatu yang baik, hindari lingkungan dan persahabatan yang tidak menunjang evolusi bathin dan terakhir, hargai segala sesuatu, tetapi janganlah terikat pada sesuatu. Keterikatan hendaknya pada yang satu-Allah. Jawaban Versi Kelima Evelyn Underhill 1menguraikan jalan mistik sebagai jalan yang dilewati oleh salik menuju Illahi, langkahnya sebagai berikut – Bangkitnya kesadaran awakening – Pembersihan purification – Penerangan ilumination – Malam gelap jiwa the dark night state – Kesadaran bersatu the unitive state. Jawaban versi keenam Al Attar, dalam “Musyawarah Burung”, mengungkapkan “Burung-burung itupun akhirnya sepakat untuk mencari Simurgh, tetapi sebelum memulai perjalanannya Hudhud menggambarkan tujuh bukit – melambangkan jalan Sufi menuju kesempurnaan – yang harus dilalui Pencarian, Cinta, Pemahaman, Kemandirian dan keterlepasan, Kesatuan Murni, Ketakjuban dan akhirnya kefakiran dan kenihilan kehampaan jiwa. Akhir dari pengembaraan burung-burung dalam mencari Si-Murgh, setelah selubung akal dari jiwa disingkapkan sepenuhnya dan mereka menemukan Si-Murgh tiga puluh burung, adalah merupakan refleksi dari Sang Raja. Pada awalnya penemuan transformasi kesadaran, yaitu proses identifikasi dengan objek pencarian, membuat mereka takjub, mereka tidak tahu apakah mereka masih merupakan diri mereka atau apakah mereka telah menjadi Si-murgh. Dan jika mereka melihat kedua-duanya secara bersama-sama, keduanya adalah Simurgh, tidak kirang dan tidak lebih. Yang ini adalah itu, dan yang itu adalah ini”. Jawaban Versi ketujuh, Al Ghazali dari kitabnya yang lain Al Ghazali, mengungkapkan di dalam kitab Al Munkid Min Al Dzalal “Sungguh jalan ini tidak bisa diikuti kecuali dengan ilmu dan amal, yang harus menempuh tanjakan-tanjakan ruhani dan membersihkannya dari ahlak-ahlak tercela dan sifat jahat. Sedemikian sehingga, hati menjadi kosong dari selain Allah, kemudian mengisinya dengan dzikir. Bagiku, ilmu lebih mudah daripada amal. Aku pelajari kitab-kitab sufi terdahulu, sehingga aku paham secara ilmiah. Penjelasan lebih dalam aku ikuti dan aku dengar dari uraian mereka. Tampak, pada posisi tertentu, perjalanan tasawuf ini tidak bisa ditempuh dengan belajar dari ilmu, tetapi dengan dzauq fruitional experience, hal dan kebersihan hati. Tentu berbeda orang yang kenyang dengan orang yang tahu pengertian kenyang. Masih banyak perjalanan sufi yang lain, seperti Al Jilli, Ibn Arabi, Al junaed, atau yang dari negeri sendiri, Syech Siti Jenar, Hamzah Fansuri, ekspresi antara satu sufi dengan sufi yang lainnya sungguh berbeda. 4. Kapan sebaiknya perjalanan spiritual ini dilaksanakan? Sekarang ini, bahkan sejak saat baru lahir.. 5. Mengapa perlu adanya perjalanan ruhani menuju Allah? Agar kita memahami secara benar esensi Allah pada diri kita, sehingga syahadat yang kita ucapkan adalah benar adanya. 6. Siapa saja yang bisa melakukan perjalanan ruhani menuju Allah? Syaikh Allamah Sayyid Abdullah Haddad, semoga Allah meridhoinya menjawab Para murid dan salik yang akan melakukan perjalanan ruhani itu ada dua macam, pertama salik yang berikhtiar dan berusaha keras. Dia adalah salik qabl al jadzb orang yang berjalan menemukan Tuhan dengan kekuatan sendiri sebelum ada kekuatan yang menariknya. Dan kedua Salik bil ghalabah wa al idhthirar orang-orang yang berjalan menemukan Tuhan karena terkalahkan dan terpaksa. Dia adalah al majdzub al suluk tertarik sebelum berjalan. Sebagian ahli tharekat berpendapat bahwa salik qabl al jadzb lebih utama, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya. 7. Apa yang dimaksud bersama Allah? Dalam proses menyucikan diri dan mengembalikan rahasia kepada Tuan Pemilik Rahasia, maka manusia itu semestinya mengutamakan kesuciannya untuk menuju ke peringkat asal kejadian rahsia Allah Taala. “AL INSANUL SIRRUHU WA ANA SIRRUHU”, Maksudnya; “Manusia itu adalah rahasiaKu dan aku adalah rahsia manusia itu sendiri”. Dengan memahami Martabat Alam Insan ini , maka sudah pastilah kita dapat mengetahui bahwa diri kita ini adalah SifatNya Allah Taala semata-mata. Diri sifat yang di tajallikan bagi menyatakan SifatNya Sendiri yakni pada Alam saghir dan Alam Allah Taala Memuji DiriNya dengan Asma’Nya Sendiri dan Allah Taala menguji DiriNya Sendiri dengan Afa’alNya Sendiri. Dalam memeperkatakan Martabat Alam Insan kita memperkatakan diri kita sendiri. Diri kita daripada Sifat Tuhan yang berasal daripada Qaibull-Quyyub Martabat Ahdah yaitu pada martabat Zat hingga zahir kita menyifati sifat Muhammad. Oleh yang demikian wujud atau zahirnya kita ini bukan sekali-kali diri kita, tetapi sebenarnyadiri kita ini adalah penyata kepada diri Tuhan semesta alam semata-mata. Seperti FirmanNya INNALILLA WAINNA ILAIHI RAJIUN’ artinya “Sesungguhnya diri mu itu Allah Tuhan Asal Diri Mu dan hendaklah kamu pulang menjadi Tuhan kembali”. Setelah mengetahui dan memahami secara jelas dan terang bahwa asal kita ini adalah Tuhan pada Martabat ahdah dan NyataNya kita sebagai SifatNya pada Martabat Alam Insan dan pada Alam Insan inilah kita memulakan langkah untuk mensucikan sifat diri kita ini pada martabat Sifat kepada Martabat Tuhan kembali yaitu asal mula diri kita sendiri atau Martabat Zat. Ukuran kesalehan atau kedekatan dengan Tuhan itu, tidak dilihat dari pengalaman-pengalaman rohani yang aneh-aneh, misalnya bisa melihat cahaya, menangis histeris, terisak-isak, merasakan kesunyian yang mencekam atau menciptakan peristiwa-peristiwa gaib. Bukti kesalehan-nya justru dibuktikan dengan kita menjadi pelaksana dari kasih sayang Tuhan. 8. Apa Yang dimaksud Di dalam Allah? “Man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu”, bukan semata-mata artinya “siapa yang mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya.” Kata ” Arafa”, juga “Ma’rifat,” berasal dari kata arif, yang bermakna sepenuhnya memahami’, mengetahui kebenarannya dengan sebenar-benarnya’; dan bukan sekedar mengetahui. dan nafsahu berasal dari kata nafs’, salah satu dari tiga unsur yang membentuk manusia Jasad, nafs, dan ruh. Jadi, kurang lebih maknanya adalah “barangsiapa yang arif sebenar-benarnya telah mengetahui akan nafs-nya, maka akan arif pula akan Rabbnya”. Jalan untuk mengenal kebenaran hakiki, mengenal Allah, hanyalah dengan mengenal nafs terlebih dahulu. Setelah arif akan nafs kita sendiri, lalu arif akan Rabb kita, maka setelah itu kita baru bisa memulai melangkah di atas Ad-diin’. Arif akan Rabb, atau dalam bahasa Arab disebut Ma’rifatullah’ meng- arifi Allah dengan sebenar-benarnya, sebenarnya barulah –awal–perjalanan, bukan tujuan akhir perjalanan sebagaimana dipahami kebanyakan orang. Salah seorang sahabat Rasul selalu mengatakan kalimatnya yang terkenal “Awaluddiina ma’rifatullah”, Awalnya diin adalah ma’rifat meng-’arif-i Allah. 9. Apa yang dimaksud khalifah Allah? Prinsipnya, apa yang disebut sebagai manusia sempurna insan kamil dalam terminologi Al-Qur’an, minimal manusia yang sudah memiliki struktur seperti tercantum dalam An-Nur [24] 35, seorang Insan Ilahi. Manusia dikatakan sebagai khalifatullah wakil Allah di bumi jika ia telah mencapai state tersebut, ia membawa kuasa Allah dan bercitra Ar-Rahman. Dalil tentang khalifah ini QS 230, 7129, 2762, 3539, 3826 Kesimpulannya Jadi, perjalanan ruhani kita hakekatnya adalah mengungkap makna INNALILLA WAINNA ILAIHI RAJIUN’ artinya “Sesungguhnya diri mu itu Allah Tuhan Asal Diri Mu dan hendaklah kamu pulang menjadi Tuhan kembali”. A Pengertian kerangka berpikir irfani dasar­-dasar falsafi ahwal dan maqamat. Kerangka sikap dan prilaku sufi di wujudkan melaui amalan-amalan dan metode-metode tertentu yang di sebut thariqat, atau jalan dalam rangka menemukan pengenalan Allah lingkup perjalanan menuju Allah untuk memperoleh ma'rifat yang berlaku di kalangan. sufi sering
Syekh Muḥammad Amîn al-Kurdî menjelaskan bahwa titik awal permulaan jalan para sufi Ahlussunnah wal Jamâah adalah pergi/kembali al-firâr kepada Allah dari segala sesuatu, dan titik tujuan akhir dari perjalanan mereka adalah bergantung at-taalluq sepenuhnya kepada Allah. Kedua hal ini disinggung dalam Al-Qur’an, yaitu “Maka bersegeralah menuju kepada kepada Allah” QS. Aż-Żâriyât [51] 50. “Kemudian setelah itu, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya” QS. Al-Anâm [6] 91 Tanwîr al-Qulûb, hlm. 41-42.Adapun jalan menuju Allah adalah sebanyak napas makhluk-makhluk-Nya. Oleh karena itu, umat Islam bisa sampai kepada Allah melalui jalan yang beragam, seperti zuhud, sedekah, memperbanyak baca salawat, dan lain sebagainya Habib Zein bin Smith, Al-Fawâ’id al-Mukhtârah, 2008 128. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok keagamaan tertentu baik kelompok tarekat, maupun ormas Islam lainnya tidak bisa memonopoli jalan menuju Allah. Sebab, jalan menuju Allah adalah sebanyak napas makhluk-makhluk-Nya, dan tidak terbatas kepada kelompok keagamaan Syekh Zainuddîn al-Malîbârî dalam salah satu nazamnya, setiap Muslim memiliki jalan tersendiri dalam menuju Allah; yang dengan jalan itu dia sampai kepada-Nya, seperti mendidik umat manusia, memperbanyak wirid baik salat maupun puasa, mengabdi khidmah kepada umat, dan sedekah seperti mengumpulkan kayu bakar untuk dijual dan hasilnya disedekahkan dsb. Hidâyah al-Ażkiyâ’ ilâ Ṭarîq al-Awliyâ’, 1303 11.Suluk Para PendidikSayyid Bakrî al-Makkî menjelaskan bahwa umat Islam baik ulama maupun masyarakat umum memiliki jalan yang berbeda-beda dalam menuju Allah, sebagaimana disebutkan oleh Syekh Zainuddîn al-Malîbârî. Hal ini karena banyaknya jalan menuju Allah, di mana masing-masing jalan tersebut mengantarkan para salik orang yang berjalan menuju Allah sampai kepada-Nya Kifâyah al-Atqiyâ’ wa Minhâj al-Aṣfiyâ’, 1303 12.Dalam hal ini, sebagian umat Islam menuju Allah dengan jalan mengajar dan mendidik umat manusia, seperti ibadah, akhlak yang luhur, dan lainnya hlm. 12. Menurut Nabi Isâ as., sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw., “Barangsiapa yang memiliki ilmu, mengamalkannya, dan mengajarkanmenyebarkan-nya kepada orang lain, maka dia akan mendapatkan panggilan yang agung di kerajaan langit” Imam al-Gazâlî, Iḥyâ’ Ulûmi ad-Dîn, 2005 17 dan Minhâj al-Mutaallim, 2010 71.Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa orang yang paling dermawan di muka bumi setelah beliau adalah orang berilmu yang mengajarkan dan menyebarkannya. Seorang ulama berpendapat bahwa orang yang menghidupkan orang bodoh dengan cara mendidiknya, maka dia seperti menghidupkan seluruh umat manusia Imam an-Nawawî, Syarḥ al-Arbaîn an-Nawawiyyah, hlm. 98-99.Makanya, tidak heran jika Imam al-Gazâlî mengatakan bahwa pengajar dan pendidik laksana mentari yang menyinari kehidupan dan kesturi yang mewangikan sekelilingnya. Oleh karena itu, setiap Muslim yang menjadi pendidik harus senantiasa menjaga adab tatakrama mendidik. Sebab, mendidik manusia merupakan perkara yang sangat agung dan penting Kifâyah al-Atqiyâ’, hlm. 12.Suluk Para Abid dan Para AbdiSebagian umat Islam menuju Allah dengan jalan memperbanyak wirid dan ibadah, seperti puasa, salat, membaca Al-Qur’an, membaca tasbih, bersalawat, dan lain sebagainya. Jalan jenis ini merupakan jalannya orang-orang saleh, dan biasanya ditempuh oleh orang-orang yang tidak sibuk dengan pekerjaan hlm. 12.Di sisi lain, sebagia umat Islam menuju Allah dengan jalan mengabdi dan membantu khidmah kepada umat, para ulama, fakih, sufi, dan wali. Menurut Sayyid Bakrî al-Makkî, berkhidmah kepada para ulama dan wali merupakan ibadah sekaligus membantu kaum Muslimin. Oleh karena itu, ia lebih utama daripada melaksanakan ibadah sunah hlm. 12.Dalam hal ini, Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî berkata “Mâ waṣaltu ilallâhî taâlâ bi qiyâmi lailin wa lâ ṣiyâmi nahârin wa lâkin waṣaltu ilallâhi taâlâ bi al-karami wa at-tawâḍui wa salâmah aṣ–ṣadr Aku sampai kepada Allah bukan karena salat malam dan puasa, tetapi aku sampai kepada Allah karena kedermawanan, tawaduk, dan lapang dada dan selamat dari penyakit-penyakit hati” hlm. 12.Dengan demikian, para pendidik, dokter, ahli hikmah, mekanik, teknisi, pejabat, TNI-Polri, akademisi, cendikiawan, seniman, dan lainnya bisa menuju Allah dengan jalan berkhidmah mengabdi kepada bangsa dan umat sesuai bidangnya Para BuruhSebagian umat Islam menuju Allah dengan jalan sedekah, seperti mengumpulkan kayu atau lainnya untuk dijual dan hasilnya disedekahkan. Menurut Sayyid Bakrî al-Makkî, jalan jenis ini merupakan ibadah yang sangat bermanfaat, yang dengannya seseorang memperoleh keberkahan doa orang-orang Islam hlm. 12. Dengan demikian, orang-orang yang sibuk bekerja baik petani, pedagang, pegawai, buruh, maupun lainnya bisa menuju Allah dengan jalan hal ini, saudara penulis, Fahmi Saifuddin alumni Darul Musthofa, Tarim bercerita bahwa salah satu gurunya Habib Husein bin Umar al-Ḥaddâd menuju Allah dengan jalan berjualan buku, dan hasilnya disedekahkan. Sebenarnya Habib Husein sendiri merupakan seorang ulama terkenal dan disegani di Tarim yang biasa berdakwah hingga ke mancanegara seperti Afrika, dan termasuk ulama yang mampu secara ekonomi. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari rumahnya yang besar layaknya rumah penduduk Tarim pada pada akhirnya beliau meninggalkan kemasyhurannya sebagai ulama dan memilih menjadi tukang jual buku kitab di emperan Pesantren Darul Musthofa milik Habib Umar bin Hafiz hingga wafat. Beliau menjual buku-buku tersebut hampir setiap hari dari pagi sekitar jam 9 hingga sore bakda Asar, dan melaksanakan salat Zuhur dan Asar secara berjemaah di musala Ahlul Kissa’ Darul penjualan buku itu disedekahkan secara langsung kepada fakir miskin dan para janda. Dalam hal ini, Habib Husein mengantarkan sendiri sedekah uang itu kepada mereka di rumah masing-masing setiap habis menjual buku-buku tersebut. Namun demikian, di waktu-waktu tertentu Fahmi Saifuddin pernah menjumpai Habib Husein mengajar beberapa Syekh salah satunya pengajar di Universitas al-Ahgaff di saqîfah datuknya, Imam Habib Abdillâh bin Alawî al-Ḥaddâd pengarang Râtibul Ḥaddâd, di Zanbal, Tarim. Makanya, tidak heran jika beliau dianggap wali mastûr wali yang tersembunyi.Dengan demikian, semua orang Islam baik pemulung, petani, pedagang, buruh, ahli hikmah, sufi, kiai-ibu nyai, ustaz-ustazah, dai, pendidik, cendikiawan, akademisi, penulis, dokter, pejabat, TNI-Polri, seniman, maupun lainnya sama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk sampai kepada Allah Yang Maha Indah dengan jalan masing-masing, sebagaimana telah disebutkan di atas.
. 315 71 420 447 157 201 103 439

perjalanan sufi menuju allah